Rabu, 25 Mei 2011

Jantung buatan terkini yang menerapkan Teknologi Satelit

Penyakit jantung adalah pembunuh nomor satu di dunia. Menurut American Heart Association, sekitar 2.200 transplantasi jantung dilakukan di negara itu pada 2002, dan daftar tunggunya sangat panjang lantaran minimnya donor jantung. Orang pertama yang memakai jantung buatan adalah Barney Clark pada tahun 1982 dan meninggal sekitar 112 hari berikutnya. Sejak 1980-an, sejumlah proyek jantung buatan telah digelar. Namun tak ada satu pun yang berhasil memecahkan masalah infeksi dan penggumpalan darah.

Sebuah perusahaan yang didukung oleh raksasa angkasa EADS (European Aeronautic Defense and Space) dan perusahaan bedah jantung Prancis berusaha memproduksi jantung buatan ini. Carmat SA yang dibiayai oleh perusahan keuangan Truffle Capital, BUMN Perancis OSEO dan EADS melaporkan percobaan awal pada binatang dan tes laboratorium mendapatkan hasil yang menjanjikan.

Prinsip kerja jantung manusia ternyata sama dengan pesawat terbang. Patrick Coulombier, kepala operasi Carmat menyatakan sensor kecil yang digunakan untuk mengukur tekanan udara dan ketinggian pada sebuah pesawat atau satelit ternyata juga bisa dimanfaatkan untuk mendeteksi kecepatan pemompaan jantung serta tekanan pada dindingnya. Berkat teknologi tersebut, jantung “made-in” Perancis ini dapat merespons dengan cepat bila pasien membutuhkan lebih banyak atau lebih sedikit pasokan darah. Jantung ini diperkirakan bakal dijual seharga Rp 2 miliar. Harganya sedikit “miring” dibandingkan jantung buatan Amerika : AbioCor yang saat ini dijual dalam kisaran harga Rp 2,7 miliar.

Ahli jantung Alain Carpentier, pendiri Heart Transplant and Prostheses Laboratory di Pierre & Marie Curie University Paris, menyatakan dirinya perlu lebih dari 15 tahun untuk menyempurnakan prototipe ini. Salah satu perbaikan yang dilakukannya adalah menutupi jantung baru itu dengan jaringan alami yang diperlakukan secara khusus, atau disebut jaringan biosintesis, untuk menghindari masalah penolakan. Hal ini membuat sejumlah dokter optimistis bahwa jantung yang sebagian besar terbuat dari jaringan alami tersebut bisa melindungi pasien dari obat-obatan antipenolakan dan anti penggumpalan. Jantung buatan yang ada di pasaran saat ini tak bisa memvariasikan kecepatan pemompaan secara otomatis. Sedangkan jantung Perancis ini boleh dibilang “hidup”, dengan dua pompa pengirim darah ke dalam paru-paru dan seluruh tubuh, hampir sebaik jantung asli. Jantung buatan milik Abiomed hanya memiliki satu pompa.

Untuk memastikan jantung buatan ini mampu bekerja dengan semestinya, para ilmuwan di Carmat telah mengujinya pada domba selama tiga sampai enam bulan. Mereka juga mengecek bagaimana tubuh binatang itu bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap jantung baru itu ---walau tidak menjadikannya sebagai test seberapa lama organ jantung buatan tersebut dapat memperpanjang usia sang domba---

Jantung buatan versi Perancis ini terbuat dari bahan alami, di antaranya polimer dan jaringan babi. Material binatang itu memang telah lazim digunakan dalam katup jantung yang dicangkokkan pada manusia. Karena bersifat alami, jaringan babi tidak menyebabkan masalah penolakan atau penggumpalan, yang biasa terlihat pada perangkat atau jantung buatan.

Perusahaan biomedis itu berencana membuat 15 jantung buatan. Sebagai tahap awal, jantung buatan ini akan dicangkokkan kepada pasien yang menderita serangan jantung berat atau gagal jantung. Para dokter Perancis berharap pengetesan pada manusia bisa dimulai dalam dua sampai tiga tahun mendatang, setelah mereka mendapat persetujuan dari pihak berwenang di Prancis.

Salah satu tantangan terbesar yang masih harus dibuktikan adalah masalah suplai tenaga. Carmat menyatakan baterainya tahan sekitar 5-16 jam dan harus segera diisi ulang untuk menghindari jantung berhenti berdetak. Kini tim Carpentier mempelajari dua opsi tanpa harus memasukkan kabel ke dalam kulit untuk menghindari risiko infeksi. Sungguh diharapkan jantung buatan terkini yang akan dapat membantu menyelesaikan masalah dalam dunia kesehatan dan dapat digunakan tanpa efek samping berbahaya.

Atas eksperimen laboratorium pengujian jantung “made-in” Perancis dengan beragam skenario ---misalnya apabila seorang pasien berolahraga dan membutuhkan lebih banyak suplai darah--- Dr Douglas Zipes, mantan direktur American College of Cardiology dan dosen kardiologi di Indiana University mengakuinya andaikata detak jantung benar-benar bekerja sesuai eksperimen diatas maka sungguh menjadikannya sebagai terobosan besar.

Sumber

Berbagai sumber :
  1. http://www.iptek.net.id/ind/

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =)) Didukung oleh NewPurwacarita

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger